Tuesday, August 5, 2014

Berbagi Kebahagiaan

Pada awalnya saya bingung mau memberi judul postingan ini apa. Rekomendasi Bacaan Liburan? Sebagian bahkan sudah kembali ke sekolah/kampus/kantornya. Pengisi Waktu Senggang? Siapa saya menyuruh pembaca mengisi waktunya yang luang dengan benda-benda ini? Sampai akhirnya dapatlah judul di atas.

Salah satu hal utama yang saya senangi untuk lakukan adalah berbagi kebahagiaan dalam bentuk apa pun. Kini, saya ingin berbagi tentang hal yang membuat saya bahagia, dan semoga membuat kamu bahagia juga terutama yang senang membaca dan satu selera dengan saya. 

Catatan: lima dari enam buku yang ditampilkan di sini berbahasa Inggris. Baca terus kalau mau tahu cara membantu buku itu terbit versi Bahasa Indonesianya.

Jadi, kalau kamu:

1. Putri sulung yang ingin sekali punya kakak laki-laki

Clare adalah anak bungsu yang punya dua kakak tampan, Luke dan Peter. Sayangnya, salah satunya masuk penjara, tapi Clare sendiri bingung kenapa kakaknya harus bolak-balik jeruji besi. Mamanya sendiri selalu bilang kalau kakaknya harus kembali ke rumah karena dia begitu sayang dengan Clare. Serius? Memang kakaknya sudah melakukan apa saja? Terus, bercak darah yang Clare lihat waktu dia masih kecil itu punya siapa? Dan siapa Skeleton ini?
Ditulis oleh istri dari pahlawan masa kecil saya, Mike Shinoda (Ya! Saya pendengar lagu-lagu Linkin Park sejak kelas lima SD) buku ini fantastis untuk saya. Kesan setelah membacanya lama dan melekat, premisnya bagus, diksinya oke, frasanya pas, deskripsinya jelas. Saya suka isu yang diangkat dan menikmati sampai akhir tanpa jeda. Ini salah satu buku terbaik--dan debut terbaik--bagi saya. Saya yakin kamu pun bakal puas membacanya.

Unrelated: Bahkan Mike sampai membuatkan playlist untuk novel ini! Memang suami idaman.

Dan... kalau kamu juga penasaran sama buku ini dan ingin membacanya dengan versi terjemahan, Anna menawarkan kita untuk menghubungi editornya lewat salah satu postingannya di annashinoda.wordpress.com agar bisa menawarkan ke editor akuisisi. Dan kalau ikut penasaran sama so sweet-nya Anna dan Mike, bisa mampir juga ke situs resminya Mike di mikeshinoda.com. Di situ ada catatannya tentang buku ini.

(Dan meskipun mereka berdua tidak mau dilibatkan satu sama lain dalam pembuatan karya mereka--baca: tidak ada yang ikut campur urusan ketenaran masing-masing--tetap saja saya senang mengetahui kalau mereka suami-istri. Saya resmi jadi penggemar pasangan itu sekarang)

2. Sedang kangen dengan ibu

Mama Rose meninggal. Sedih, tentu. Tapi Mama Rose tidak mau melihat anaknya sedih, maka ia telah membuatkan sebuah survival kit untuknya agar Rose bisa bertahan meski tanpa mamanya. Apa saja isi survival kit Rose? Apa kakaknya, Jim, juga diberi survival kit? Lalu kenapa Will si tukang kebun itu jadi terlihat ganteng sekarang? Lantas, Chris pacarnya yang terkenal itu dikemanakan? Dan benarkah survival kit dari mamanya membuatnya bertahan?
Saya senang dengan cerita ini karena konsepnya matang sekali. Plus, terinspirasi dari ibunda sang pengarang sendiri yang suka membuatkan survival kit. Tokoh yang saya suka di sini memang mamanya Rose, meskipun hanya diceritakan lewat narasi, tapi mengena. Saya jadi merasakan kehilangannya Rose. Tokoh kedua yang saya suka yaitu Will. Kenapa? Baca saja, kamu pun mungkin akan jatuh cinta dengannya.

Kalau dialognya lebih luwes lagi, mungkin saya bisa lebih menikmati cerita ini. Di samping itu, semuanya bagus, berkesan, membuat kita berpikir selaku pembacanya. Proses grieving-nya nyata, dapat sekali, dan ending-nya menyenangkan. Cocok untuk referensi bacaan bermutu.

3. Suka film-film spin-off fairy tale a la Tim Burton

Amy selalu menganggap dirinya sampah karena teman-temannya berkata demikian sejak ia masih kecil. Setelah orangtuanya berpisah, ia tinggal dengan ibunya di trailer. Seakan kurang cukup, Amy pun ditinggal ibunya yang depresi dengan kemiskinan mereka. Kalau saja tidak ada tornado yang menerbangkan Amy ke Oz seperti Dorothy dulu, Amy mungkin masih luntang-lantung. Eh? Dorothy? Dia betulan nyata? Tapi... kenapa semuanya jadi beda?
Keren. Enjoyable. Nggak bisa berhenti. Tiga kata itu mendeskripsikan bagaimana buku ini menurut pendapat saya. Saya suka rambut Amy yang sewarna gula kapas. Saya suka si munchkins dan monyet terbang tanpa sayap. Saya suka semua penyihir yang ada di sana dan keburaman baik-buruknya mereka. Saya menikmati perjalanannya.

Yang sayangnya harus bersambung di buku kedua.

Banyak sekali novel re-telling macam ini, terutama dongeng dan karya klasik (sebut saja Second Star yang mengadaptasi Peter Pan dan Great dari The Great Gatsby) tapi yang satu ini sesuai selera saya. Pas takarannya. Memang langsung mengingatkan pada Tim Burton, tapi menurut saya justru itu memudahkan pangsa pasar yang dituju sekaligus meyakinkan kalau penggemar cerita serupa akan suka dengan buku ini.

Saya tidak sabar dengan buku selanjutnya, semoga Amy tetap bertahan di Emerald Castle!

4. Baru saja pindah ke lingkungan baru

Memang aneh hidup Devan ini. Ayahnya berselingkuh, menghasilkan dirinya yang lalu diboyong ke istri ayahnya yang sah. Saat ayahnya meninggal, Devan dikirim lagi ke ibu kandungnya--yang tidak pernah mengenal dirinya apalagi dikenal olehnya. Yang Devan tahu, Reece Malcolm adalah seorang penulis andal yang pernah membuat buku dengan namanya di kolom 'Dedikasi'. Siapa sebetulnya ibunya ini? Apa ada cowok ganteng di kotanya yang baru nanti?
Seperti sungai yang jernih, seperti teh hangat yang diminum dan langsung meluncur ke kerongkongan, seperti air mata bahagia, cerita ini mengalir sekali. Tak hanya teka-teki tentang Reece, ibunya Devan, yang dibahas tapi juga passion Devan di bidang teater musikal dan kisah cinta--tentu saja--antara Devan dan Sai, si pemuda keturunan India yang eksotis itu.

Salah satu poin plus di sini adalah bagaimana dekatnya kehidupan Devan dengan pembaca. Semua terasa seperti pernah ada, dengan humor yang betulan lucu dan masalah yang betulan terjadi di keadaan semacam itu. Ada salah satu quote yang saya hafal sampai sekarang, yaitu jawaban Reece ketika ditanya Devan bagaimana pesta yang dihadiri pacar dan mantan pacar pacarnya:

"She looked beautiful, I looked like me. But I don't mind looking like me."

Kudos, Reece Malcolm!

5. Kemarin mudik ke kampung dan melaksanakan tradisi keluarga

Keluarga Sinclair--dagu kotak, kulit tan, tinggi semampai--tidak pernah menyerah. Tidak pernah kalah. Tidak pernah miskin. Sebuah pulau pribadi dengan empat residen mewah adalah buktinya. Dihuni setidaknya tiap musim panas, banyak kejadian yang Cadence alami di pulau itu bersama sepupunya, Johnny dan Mira, dan sahabat Johnny, Gat. Gat, cinta sejati Cadence. Tapi, di musim panas kelima belas, ada rahasia yang Cadence tidak ketahui dari mereka.
(Yang satu ini tidak usah pakai tanda tanya lagi, ya. Bosan, haha)

Sebelum membaca ini, saya menonton Angel Beats! dulu. Dan ending-nya punya aftertaste yang sama dengan ending cerita ini. Bikin merinding.

Di-endorse oleh John Green, buku ini memang terbukti bagus dan menarik. Kaya, matang, dan rapi. Meskipun oke, memang banyak hal klise yang terjadi di sini, tapi gaya penceritaannya menyelamatkan. Penjelasan soal keluarganya juga detail tanpa banyak informasi yang tidak penting dan mengganggu. Selesai membacanya, saya menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya pelan, termakan perasaan aneh.

Buku ini bagus. Banget. Mengingatkan saya akan tradisi keluarga yang kadang suka saya abaikan dan pertanyakan apa manfaatnya.

6. Tidak suka membaca buku berbahasa asing

Klarissa ingin sekali jadi guru bagi anak-anak autis. Yuni punya anak autis. Ine punya pegawai yang peduli dengan masalah autis, yaitu Yuni dan Klarissa. Lantas apa hubungan mereka bertiga? Klarissa dengan pacar lima tahunnya yang melarangnya jadi guru, biaya untuk perawatan dan sekolah anak Yuni, dan keluarga Ine--bisakah mereka menyelesaikan masalahnya masing-masing?
Buku ini makin menyadarkan saya alasan saya suka tulisan kontemporer, dan betapa hausnya saya dengan novel kontemporer Indonesia. Ini salah satu yang terbaik. Entah karena saya dan buku ini memang berjodoh, entah karena penulisnya memang piawai, entah karena isu yang diangkat sangat nyata dan dekat. Saya bukan penggemar metropop, tapi saya bisa menikmati ini. Dibagi beberapa bagian dengan sudut pandang beragam, Sequence layak dibaca siapa pun yang menghendaki hiburan berkualitas.

Yap, begitulah.

Kalau Tuhan berkenan, saya akan bagikan kebahagiaan lain di postingan selanjutnya. Selamat berbahagia, semoga kamu senantiasa bahagia pula!

No comments:

Post a Comment