Thursday, February 5, 2015

Komik dan Sains

Kali ini, saya ingin sedikit berbagi tentang project komik sains yang sedang saya kerjakan.

Seperti yang pernah saya tulis di sini, komik sains ini sebetulnya commission untuk pengerjaan sebuah tesis di jurusan Pendidikan Sains (maaf ya, Teh Hanna, kalau saya salah. Hehe). Komik ini berbeda dengan komik yang saya kerjakan untuk skripsi, meskipun intinya digunakan sebagai 'ekstensi' dari apa yang waktu itu saya teliti.

Ribet, ya? Haha.

Tetapi, proses bisa ketemu Teh Hanna sampai menunggu dan kemudian mengambil project ini justru mulus. Dan saya bersyukur akhirnya dapat diberi kesempatan lagi untuk 'mengoreksi' dan 'balas dendam' pada ketidakpuasan di komik sains saya dulu.

Pertamanya, saya di-SMS Teh Hanna. Katanya tahu dari Mr. Yayan (makasih, Mr!) kalau skripsi saya tentang pembuatan komik sains. Teh Hanna lalu bilang kalau tesisnya bakal meneliti soal penggunaannya dan hubungannya dengan kemampuan bertanya. Setelah ngobrol sana-sini, terus Teh Hanna juga melihat skripsi saya sampai bagian biodata (yang saya tulis pernah commis komik untuk tesis, tapi Bahasa Indonesia--naskah drama dikomikkin), dari situ Teh Hanna meminta saya untuk membuatkan komiknya, dan alhamdulillah jadi.

Saya sendiri terkejut kalau saya menikmati menggambar komik Teh Hanna. Mungkin karena dulu judulnya skripsi, terus pas lagi PPL, belum lagi ngedit naskah... timing memang berpengaruh, ya. Sudah begitu, saya akui drawing skill saya segini-gini aja. Makanya saya merasa tertantang untuk merampungkan komik sains komedi ini.

Setengah matang
Lumayan matang















Oh ya, komik sains ini mengisahkan tentang seorang ilmuwan wannabe bernama Pak Zoe dan asistennya, Zeboo, yang bertualang bersama Tongtong nan tampan dalam misi menyelamatkan putri Mat Solar dari kutukan Mas Pelet. Alur ceritanya mirip-mirip Kung Fu Komang yang banyak adegan bikin 'gubrak' dan karakter komikal. Komik sains ini nantinya dibagi jadi empat bagian.

Selama proses pembuatan mulai awal Januari, cerita 1 selesai dengan lancar. Mulai ke cerita 2, ternyata Teh Hanna minta tambahan penjelasan teori fisikanya. Nah, mulai di sini yang agak chaos :)) fisika saya ngumpet entah di belahan otak mana! Syukurlah penjelasan Teh Hanna ini mudah dicerna. Kami juga diskusi soal cara menyampaikan materinya, karena komik sains itu terdiri dari dua kata: komik dan sains. Komiknya harus jelas dibaca, dan sainsnya harus sesuai dengan target pembaca.

Selain bersyukur atas 'kesempatan kedua' ini, saya juga senang karena skripsi, yang kata orang hanya berakhir di perpus jika beruntung dan sebagai alas laptop kalau sedikit nahas, ternyata betulan berguna. Ada yang benar-benar membaca penelitian saya, bahkan melanjutkannya.

Oh ya, peralatan yang saya pakai is nothing fancy (Bahasa-nya apa, ya?). Maksudnya, saya cuma pakai kertas HVS, drawing pen, pensil, penggaris, dan Photoshop. Sekalian mau membuktikan juga kata-kata komikus indie favorit saya kalau semua bukan masalah alatnya, tapi bagaimana kita menggunakan alat itu. Itu saran yang amat berguna buat yang low-budget kayak saya :P

Waktu masih skripsian, saya suka kepo siapa saja yang juga mengambil tema komik sains. Meskipun yang saya temukan baru sedikit, tapi mereka semua sama: bersemangat. Semoga saja semangat saya buat merampungkan ini tetap dijaga, dan Teh Hanna bisa menyelesaikan tesisnya dengan lancar. Sekarang saya sudah masuk pembuatan cerita 3.

Buat yang lagi skripsi, atau tesis, atau tugas akhir, atau mau UN, ayo lakukan yang terbaik! Bisa bersekolah saja sudah menandakan kita adalah orang yang sangat beruntung, bukan? :)

No comments:

Post a Comment