Wednesday, September 15, 2021

Di Balik Layar Sintas: Desain Kover


Untuk proses kreatif dari sisi kepenulisannya, silakan klik tautan ini.

Tahun 2016, saya memulai Instagram dengan nama akun (at)coverlylove_id. Booklook—alias makeup look yang terinspirasi desain kover buku—menjadi kontennya.  I was super into makeup and trying to have an excuse to start posting photos. Selama memakai username itu (yang kemudian ganti jadi (at)coverlylove, lalu (at)inziati, sampai akhirnya hapus akun karena capek di-action blocked terus wkwk) beberapa postingannya sempat di-repost penerbit dan penulis yang di-tag. Saya juga pernah bekerja sama untuk mengulas dan membuat booklook novel-novel lokal. It was a match made in heaven—cover designs and makeup—until I felt like I couldn't do it anymore.

Semangat saya membuat booklook mungkin menurun, tetapi minat saya pada desain sampul buku tetap menyala. Dari dulu saya selalu lihat buku dari sampulnya, dan menerka-nerka bagaimana cara membuatnya serta bagian mana yang diambil dari ceritanya. Saya sudah belajar desain secara digital sejak SMA, tapi nggak pernah kepikiran mau desain kover buku, dan selalu mengambil project umum seperti spanduk, flyer, undangan, buku tahunan, atau photo editing untuk keperluan profile picture (yang main Friendster mungkin bisa relate haha. Tapi lumayan, dari situ saya dapat banyak pesanan). Saya benar-benar se-nggak-kepikiran itu sampai naskah Sintas dikirim dan diterima redaksi.

Pikir saya saat itu: bisa nggak ya, saya kasih brief desain kovernya langsung?

Ya, awalnya ini cuma buat brief. Atau konsep lah, karena saat itu saya nggak ngerti istilah itu walau udah pernah punya pengalaman sama klien. Karena saya nggak jago bikin moodboard, saya pikir, "Gimana kalau bikin sketsanya aja?" lalu lanjut ke, "Kalau diwarnain gimana, ya?" dan seterusnya. Pengerjaannya bertahap karena nggak nyangka bakal serius—dan punya tiga opsi warna segala—juga, sempat diwarnai anxiety hingga saya kontak desainer in-house penerbit untuk memastikan desain saya aman dicetak dan dikomersialisasikan. Meski perjalanannya lebih singkat dari menuliskan novelnya, mengerjakan desain kover Sintas ternyata sama seru dan mendebarkannya haha.

Mulai dari konsepnya—sejak 28 Detik dan Un Treno Per Non So, meski target pembaca umumnya remaja perempuan, saya cukup sering menemui pembaca laki-laki, serta yang usianya lebih dewasa dari label teenlit. And I'm so grateful for that karena cita-cita saya menulis teenlit-young adult yang bisa dinikmati semua, termasuk laki-laki (yang "katanya" lebih suka bacaan berat, padahal bacaan nggak punya gender) dan yang sudah bukan remaja (seperti saya haha). Itu artinya ketika saya memikirkan desain kover Sintas, saya juga harus memikirkan agar tampilannya sesuai dengan isi buku yang ingin mereka baca. Beberapa kali pula saya lihat ulasan atau caption dari pembaca cowok yang agak malu kalau lagi baca buku berkover girlyTiap orang memang beda-beda, tapi komentar itu jadi masukan berarti buat saya. Jadi, warna full pastel (which is kinda my brand) "nggak dulu" buat Sintas, begitu pun ilustrasi orang atau couple hero-heroine-nya yang sering jadi trademark kover novel romance.

Of all book cover trends, I find bold typography and botanical suit Sintas. 28 Detik dan Un Treno pun punya judul yang "kelihatan" dan tidak subtle, serta background yang seamless dengan punggung buku. Kalau 28 Detik pakai photo manip. dan Un Treno ilustrasi, pattern jadi pilihan saya buat Sintas. Kayaknya juga nggak akan seribet floral illustration yang berbelit-belit... nah, dari sini saya coba-coba bikin penyusunan polanya, mulai dari pemilihan bentuk botanical hingga penyesuaiannya dengan teks.

Rancangan awal sebelum memutuskan pakai pattern, karena ternyata pernah lihat yang tata letaknya sama. Niatnya mau bikin seukuran thumbnail, nyatanya malah sehalaman, haha

Mari dimulai dari tahapan ilustrasinya. Meski sebelumnya mencoba men-sketsa thumbnail, ternyata saya lebih nyaman terjun langsung. Oleh karenanya, saya menggambar enam macam dedaunan yang setelah diwarnai disusun membentuk pola dinamis, tetapi ada sedikit bagian yang intertwine dengan teks judulnya. Karena penempatannya tak seragam, saya harus meletakkan elemen daun-daunnya secara manual. Lumayan capek juga haha. Pernah saya coba pakai cara otomatis alias membuatnya jadi repeated pattern dan mengaplikasikannya ke template kover, tapi kurang sreg karena kurang organik (?). Di titik ini, CTRL + S menjadi sangat, sangat krusial.

Selanjutnya saya menggambar tiga macam kupu-kupu yang muncul di cerita, yaitu Delias belisama, Blue Morpho, dan Neptis mahendra. "Ceritanya" kupu-kupu itu mewakili tiga tokoh utamanya, tapi terserah pembaca mau mengartikan mana yang Savitri, Sutan, atau Jo hehe. Kupu-kupu ini juga diarahkan untuk saling menghadap. Di pembatas bukunya, tulisan Sintas dihias kupu-kupu itu alih-alih dedaunan. Ehm, kalau diperhatikan, sebetulnya kupu-kupu buatan saya sedikiiit kurang simetris (sssttt! Ini rahasia di antara kita aja, ya!), tapi karena waktu itu masih berpikir ini cuma brief dan tenaga saya sedang lebih dibutuhkan di kegiatan lain, saya biarkan. Sekarang dijadikan bahan untuk creating better ke depannya saja ^^"

Lima dari enam elemen botani untuk pola utama kover sebelum diwarnai secara digital

Naaah, buat typeface-nya, saya gonta-ganti sampai entah berapa kali hingga akhirnya stuck di pilihan-pilihan awal. Memang benar, ya, kadang jodoh itu yang pertama kita temui, tapi tetap aja keukeuh cari yang lain dulu hahaha. Pilihan saya jatuh pada Casual (teks judul) dan Arapey (teks nama penulis + blurb). Casual jadi font pertama yang langsung saya bayangkan jadi teks. Saya suka bentuknya yang serif tanpa detail yang terlalu serif. Untuk Arapey, saya ingin mengambil vibe teks nama Latin dalam buku Biologi yang dicetak miring serta berkesan academia, dan font Italic-nya pas sekali dengan yang saya cari. Font standarnya juga cantik berkat detail seperti di huruf a-nya.

Kalau lihat foto di paling atas, itu adalah hasil cetak dari desain draf pertama dengan palet warna draf pertama juga. Masih bermain di pastel, masih pakai typeface handwriting all-caps untuk nama penulis, dan masih menggunakan FAUX ITALIC (Ya Allah maluuuu hahahaha) buat judulnya. Alhamdulillah saya diberi ilham untuk meminjam buku Pak Surianto Rustan di iPusnas, karena kalau tidak saya nggak akan sadar dan notice betapa palsunya hasil usaha saya untuk membuat judul itu terlihat "estetis" wkkw.

Saya sempat mengganti palet warna menjadi biru dan abu-abu (dan sekian warna pelangi yang lain, hanya saja dengan warna dedaunan dan teks yang sama), tapi seperti saat memilih typeface, saya kembali ke cokelat muda kemerahan. Sedikit perubahan di layout dengan menambahkan elemen kertas untuk 'sebuah novel' dan kolom nama penulis, akhirnya kover Sintas selesai juga.

Proses sketsa pertama, masih main-main pakai konsep daun, tapi bukan pattern.

Proses kedua, mulai nyusun tiap elemen dan nulis blurb. Dilihat dari jauh jadi agak kayak motif macan tutul (ya nggak, sih? wkwk) yang tinggal di Baluran, latar cerita ini.

Opsi warna untuk vote cover dan curhat ke desainer in-house

Selesai mengirim naskah final pakai banget tinggal proofread.docx, saya dan editor membicarakan desain sampul. Saya punya dua opsi; bilang langsung saya punya desainnya atau nurut aja terserah nanti tim penerbit. Namun syukurlah setelah saya bilang saya sudah buat garis besar kovernya (dan menekankan bahwa ini belum dipoles), editor menyambut baik dan berkata desainnya dipakai saja.

I freaked out. Membayangkan desain sendiri bakal dicetak dan dilihat banyak orang memang exciting, tapi mengetahui bahwa itu bakal terjadi sebentar lagi ternyata semendebarkan itu. Ya, pastinya rasa gugup dan khawatir akan penilaian orang jadi penyebabnya. Namun kembali lagi, ketika saya percaya kover ini mewakili ceritanya, dan editor menyetujui, saya memilih maju. Tetap saya tekankan bahwa tadinya ini hanya untuk gambaran, walau editor juga meyakinkan saya bahwa ini sudah layak dicetak.

Editor meminta fail mentah desain ini untuk dikirimkan ke desainer penerbit. Dari situ ditambahkan logo penerbit dan info penting lain, adjust blurb, enhance tekstur, dan diberikan lima opsi warna untuk latar belakangnya. LIMA! Asli saya kaget. Sepanjang mengerjakan ini, saya beberapa kali mengubah warna latar dan gagal, tapi kelima opsi warna dari desainer in-house (kita panggil Kak Sarah aja mulai dari sini) semuanya masuk dan terlihat bagus. [mental note: inilah bedanya profesional dan bukan] Dari lima itu, editor dan saya memilih tiga warna untuk dijadikan opsi di vote cover. Saya sukaaa sekali dengan pilihan warna marunnya, bikin dedaunannya pop up. Saya juga tertarik sama warna yang mirip tanah pasir—yang juga jadi pilihan pertama editor—karena lebih masuk ke ceritanya yang mengangkat kuliah lapangan literally di lapangan. Warna cokelat-jingga tua jadi warna ketiga yang masuk kandidat. Saya lalu lempar pilihan-pilihan ini ke warganet.


Beberapa saat setelah bukunya rilis, jujur, saya belum bisa merelakan pilihan A. Ada sesuatu di warna merah itu, entah itu vibe vintage-nya, atau kontrasnya, atau memang karena saya ingin warna merah untuk buku ketiga karena buku pertama biru dan buku kedua hijau (jadi RGB ceritanya). Hal menarik yang saya dapat saat periode vote cover ini adalah alasan mengapa mereka memilih pilihannya itu. Ada yang pilih C karena merasa ceritanya tentang anak muda, sehingga warnanya pun lebih cocok warna yang muda. Ada yang pilih A karena daunnya kelihatan dan lebih menandakan "romance." Di Instagram—waktu belum dihapus—lebih banyak yang pilih C, sementara di Twitter lebih banyak A. Saya juga ingin A (dan C, haha), tapi editor lagi-lagi meyakinkan saya bahwa C punya charm-nya sendiri. Satu-satunya problem untuk opsi C hanya teks blurb yang kurang terbaca. Untuk yang A... saya pernah lihat kombinasi warna seperti itu di salah satu buku Elex, kalau nggak salah terjemahan.

Bingung, kan? Haha.

Tapi ternyata Kak Sarah nggak bingung karena hasil akhirnya adalah perpaduan dari A dan C, yang sedikit lebih gelap tapi ada undertone kemerahannya. Ketika dicetak, it depends on the lights karena bisa saja di foto terlihat lebih merah, cokelat, atau justru tampak agak pastel-ly. I personally love it! Sayangnya, ada satu hal lain yang mengganjal hati saya, yang akhirnya membuat saya (setengah impulsif, jangan ditiru bagian impulsifnya) menulis surel pada Kak Sarah dan menyuarakan kerisauan saya itu.

Satu, karena ini kali pertama desain kover saya dicetak komersil, saya takut saya tak sengaja meniru desain seseorang. Saya menggunakan beberapa referensi saat mendesain, dan khawatirnya entah bagaimana saya mengambil karyanya. Dua, saya mau tanya sampai mana sesuatu dikatakan meniru dan adaptasi. Tentunya saya sudah cari-cari info tentang itu, tapi saya belum puas. Alhamdulillah Kak Sarah menjawab dan menenangkan saya. Padahal mungkin beliau juga sibuk (coba cek buku Elex favorit kamu, chances are kovernya didesain beliau!), tapi surel saya ternyata dibalas dengan rinci dan jelas pula.  Beliau memberi penjelasan tentang batasan inspirasi dalam desain, membantu memeriksa referensi dan gambar saya, juga meyakinkan bahwa dari ide mentah sampai layout betul-betul hasil utak-atik saya sendiri. Terima kasih sudah menjawab, ya, Kak. Karena baru setelah itu saya bisa bernapas lega dan merelakan desain ini (juga ceritanya) dilepas ke alam liar, haha. And off they go.

Apakah saya ingin mendesain kover buku lagi? Tentu. Mungkin akan ada yang ditampilkan di sini seperti seri Reimagined Project saya. Bagaimana dengan dicetak? Kalau hasilnya bisa lebih bagus dari kover Sintas, disetujui, dan memang ada kesempatannya, mengapa tidak? Tapi itu jawaban untuk sekarang. Mudah-mudahan saya bisa terus belajar dan bertemu lebih banyak peluang buat mendalami, walau nanti misalnya nggak bakal terlalu diseriusi. Nggak ada yang sia-sia dalam mempelajari hal baik, ya tidaaak? :D

Terima kasih sudah menyimak. Semoga ada hal berguna yang bisa diambil dari tulisan ini. Terima kasih juga buat yang sudah menyukai desain ini (you know who you are hehe) dan sudah mendukung novel Sintas. Setiap kata-kata baik darimu sangat berarti buat saya, dan insya Allah akan berbalik berkali-kali lipat buatmu juga. Apa desain kover favoritmu? Seandainya ikut vote cover, yang mana pilihanmu? Atau ada yang mau ditanyakan atau kasih saran-kritik? Silakan gunakan kolom komentar dengan bijak, ya. Have a nice day! :)

No comments:

Post a Comment