Thursday, September 29, 2022

Terjadi Belakangan Ini

Oh, wow, waktu. Entitas paling pasti yang tidak tertebak. Sebelum life update, saya ingin memberitahu bahwa yang saya tulis di sini merupakan ingatan, jadi bisa saja saya keliru di beberapa detail. Kenapa? Karena sebetulnya saya sudah mau update blog dari awal tahun ini, tapi belum juga dapat kesempatan atau inspirasi atau sekadar semangat buat melakukannya. Sekarang, ketika itu akhirnya ada, semoga saya tidak melewatkan yang penting atau bagi beberapa orang penting untuk mereka.

TL;DR: kalau ada yang salah dari postingan ini, tolong dimaafkan/dimaklumi.

*cracks fingers* now, here we go. P.S. this is gonna be a long, long post.


2022. Tahun ketika warna prediksi--dan favorit--saya akhirnya ditasbihkan sebagai color of the year Pantone, yay! Dunia perlahan memasuki pengertian normalnya, segala sesuatu menjadi sedikit lebih higienis yang sebetulnya amat bagus, kecuali, yah, di beberapa perihal yang agak malas saya bahas (coughpemerintahcough) atau terlalu sensitif untuk dibicarakan, karena duka internasional ini betul-betul milik semua. Berhubung postingan ini memuat hal yang terjadi di hidup saya, saya memprioritaskan dokumentasi yang terpilih saja. Kira-kira ada tiga (empat? Nanti saya koreksi kalau tiba-tiba saya berubah pikiran dan menambahkan sendiri) kategori yang cukup nyambung satu sama lain, tapi terjadi tidak sesuai kronologi karena saya lebih suka seperti itu. Ini dia:

1. Gegambaran dan dedesainan

Hubungan saya dengan menggambar komik masih sama. Saya sudah nggak bikin komik sejak... postingan terakhir tentang komik sains? Tujuh tahun lalu? Sekitar segitu. Jadi saya kaget banget waktu Nurul, teman sejurusan dulu, membuat commission ilustrasi kisah cintanya buat undangan digital dan dekorasi di pernikahannya Mei kemarin. Jumlahnya tujuh ilustrasi, beberapa plus latar belakang.

Saya mengerjakannya sesegera mungkin, yaitu dari akhir Maret. Kalau lihat dari fail ilustrasi terakhir yang saya buat, saya menyelesaikannya setelah Lebaran tepatnya tanggal sepuluh Mei. Sebulanan Ramadan saya mencoba menggambarkan perjalanan romantisnya (adeuh wkwk) dengan Fajri, PhD candidate yang beliau temui ketika masih mengambil master degree-nya di Australia. Dua ilustrasinya berlatar lanmark Melbourne, sisanya tempat seperti restoran, kedutaan, dan rumah. Berhubung saya tidak di sana saat itu terjadi, saya jadi banyak mendengarkan cerita Nurul tentang mereka dan itu salah satu bagian terbaik dari pengerjaan commission ini. Sayangnya, saya di sana ketika Nurul patah hati sebelum itu, tapi mengetahui beliau bersama yang jauh lebih baik sekarang jadi bersyukur.

Dari awal saya sudah mewanti-wanti kalau 1) ini kali pertama saya dapat commission lagi dalam sekian tahun 2) maka dari itu skill menggambar saya jalan di tempat. Tapi, di sisi lain, saya juga ingin menggambar mereka sebagai balas budi karena Nurul sudah sebaik itu ketika kami kuliah dan saya merasa belum memberikan apa-apa sebagai tanda terima kasih. Kemudian Nurul bilang beliau dan calon suaminya saat itu (sekarang sudah suami) sepakat dan yakin bahwa style menggambar saya cocok buat mereka. Saya sempat nggak percaya, tapi saya aminkan saja haha.

Alhamdulillah prosesnya menyenangkan, sedikit terlalu kepikiran karena skill set saya yang terbatas (nangis) dan dipotong mudik, yang juga bertepatan dengan deadline. Nurul and Fajri were the dream client tbh sampai saya nggak tega melihat mereka nggak tega minta revisian. Malah ada satu ilustrasi yang langsung 'oke suka'. Perasaan ragu saya tentang skill ini masih ada setelah commission selesai karena datangnya dari pandangan saya tentang apa yang bagus, juga industri perkomikan/perilustrasian (maafkan kalau ada kata-kata buatan kayak gitu lagi, ya) yang saya tahu. Tapi, saya bersyukur bisa dapat kesempatan ini. Rate dari mereka juga serius, dan sejujurnya ini membuat saya cukup goyah untuk balik lagi hahaha. Apalagi adik saya yang ilustrator bilang selera klien lebih penting.

Seperti ini hasilnya. Two of my favorites. Terima kasih, Nurul dan Bang Fajri!

Buat yang LDR juga, semangat, ya!

Let me know what you think so I can gain other objective perspectives hehe.

Gegambaran lain terjadi baru saja, kayak baru kemarin saya posting di Insta Story. Homegirl Erlin menayangkan karya barunya di Cabaca yang berjudul And So We Were Accidentally Married. Ceritanya tentang Bri yang gagal nikah dan Clem yang menjalankan bisnis WO terikat kontrak untuk hidup sebagai pasutri demi tempat tinggal. Honestly my pitch didn't do justice so just head out to the story. Yang paling saya nikmati dari cerita itu adalah tone-nya yang lincah, renyah, dan dekat. Dan kekinian! Ketika saya membaca bab saat Bri dan Clem menikah di balai kota, saya langsung pengin menggambar mereka. Bri dalam tea length corset wedding dress, Clem dalam grey suits dan boutonniere dari preserved rose (varian cafe latte?) dan pampas grass. Ya, bisa lihat sendiri antusiasme saya, haha.

Cukup cepat selesainya untuk gambar dua figur full body plus coloring-nya dalam takaran waktu saya, yaitu dua hari. Sesorean membuat lineart (jangan ketuker sama outline haha saya pernah sampai lupa banget istilah ini), sesiangan mewarnai. Setelah jadi, saya juga membuat kover ala-alanya dan ini menjadi desain kover pertama saya yang pakai latar solid color--karena ilustrasinya sendiri udah cukup berdimensi buat saya. Yah, memang kurang rapi, tapi saya puas. Lebih senang lagi ketika Erlin mengapresiasinya. Kalau suka novel romance dengan trope marriage of convenience dan forced proximity, coba baca, deh. Walau masih on-going, tapi babnya udah lumayan banyak, kok.

Peep the Very Peri-ish color I tried to squeeze up here!

Apakah saya sudah cukup siap untuk buka premade cover shop? Hahaha.

Desain kover lain yang saya buat tahun ini adalah reimagined dari satu work Wattpad yang berjudul If We Were Flowers. Judulnya yang puitis ini yang membuat saya tertarik membacanya, selain kovernya yang klasik dan simpel. Ceritanya juga nggak kalah indah, tentang Oriane (Orin) dan Naruna (Naru) dengan masing-masing permasalahan mereka. Saya menikmati cara Kamilia a.k.a. bonjourjune menuturkan kisah mereka seuntai demi seuntai, kayak dibawa pelan-pelan biar bisa merasakan semuanya dan nggak melewatkan apa pun. Sekarang masih baru sampai bab empat, tapi saya berharap Kamilia akan melanjutkannya ^^

Saya membuat dua desain yang keduanya memuat, coba tebak, yap betul gambar bunga. Yang satu mengambil unsur teenlit-nya, yang satu mengambil unsur angst-nya. Ketika saya lempar ini ke Wattpadmenfess base dan polling Insta Story, kebanyakan--bahkan SEMUA reply di WPmenfess--memilih yang versi light/kiri.  Hmm... baiklah, I kinda can see the appeal, though. What about you?

Terima kasih, Kamilia, sudah mengizinkan saya membuat reimagined desain kover ini!

Left or right? Light or dark?

2. Pop Punk

I mean... apa gunanya blog ini kalau saya nggak bisa omongin kesukaan saya, ya tidak? If you listen to the same thing too, hop on! Akhir-akhir ini saya mendengarkan cukup banyak lagu/album baru dan lama tapi baru bagi saya. Kebanyakan dikenalkan lewat playlist Spotify, jadi terima kasih buat yang sudah menyusun lagu-lagu itu! Fun stuff aside, saya juga mau bicarakan beberapa informasi penting yang mungkin sudah pernah kamu dengar juga, tetapi ingin saya bahas lagi di sini atas nama arsip dan pengolahan emosi (spoiler: it's mostly gonna be heartbreaking).

Good News

Salah satu tolok ukur saya buat nge-stan band adalah gimana cara mereka membawakan lagu dalam versi akustik. Saya menemukan lumayan banyak versi akustik dari band modern pop punk kayak Point North, Hot Milk, dan Stand Atlantic, juga dari yang sudah hafal di luar kepala kayak FOB, Paramore, atau Siverstein di playlist acoustic pop punk. Kalau yang lama sebagian besar saya tahu lagu originalnya gimana, buat band yang baru saya dengar, jarang saya sampai pengin dengar versi originalnya juga sampai saya bertemu What Took You So Long-nya Neck Deep.

Barangkali ada yang tanya kenapa saya belum bahas band itu di postingan Pop Punk Post 2000s padahal cukup beken juga di Indonesia sampai mural logonya di salah satu gang di Bandung dinotis Ben Barlow: I've tried. Saya dengerin beberapa lagu mereka yang In Bloom, She's a God, sebagian album magnum opus mereka yang digadang-gadang The Best Modern Pop Punk Album, Life's Not Out to Get You, sampai yang terbaru pas mereka udah jadi indie, STFU. We just don't connect, or so I thought. Kalau adik saya gigitaran In Bloom di lantai dua, saya bisa langsung nyamber STOP CALLING ME OUT dari lantai satu, tapi bukan berarti saya, hm, mendalami lagu itu atau semacamnya. Kenapa? Apa karena saya memang nggak bisa nilai lagu bagus? Atau perihal selera? Atau karena saya belum dengar suara Ben kalau lagi nggak nyanyi, jadi saya pikir suaranya "biasa aja"?

Tapiii itu sebelum saya tahu albumnya yang dirilis dua tahun lalu, All Distortions are Intentional. THAT is my guy. Saya dan album itu langsung tektok kayak MC yang jam terbangnya tinggi. Dari akustik WTYSL, jadi dengerin originalnya, terus cari lagi yang akustik dari album itu dan ketemu When You Know, dengerin full album, boom, I'm a fan hahaha. Maaf, ya, Ben dan kawan-kawan. Saya setuju kelebihan mereka ada di kemampuan nge-blend suara pop punk lama dengan yang lebih modern didengar. Perfect balance-nya itu yang bikin mereka khas sehingga bisa diterima telinga yang muda-muda kayak adik saya atau yang noona-noona kayak saya. And the title: *chef's kiss*

DAN mereka mau ke Indonesia, dong!!! Sayangnya nggak mampir Bandung ehehe.

Not-So-Good News


With Confidence bubar.

Now, let's talk about this because I need it. Saya ngalamin Panic! At the Disco pisah jalan. Saya ngalamin FOB umumin hiatus di Twitter (dan umumin balik lagi di twitnya). Saya ngalamin MCR bubar (dan oke, balik lagi). Saya ngalamin band atau penyanyi yang nggak jadi di-stan karena kena kasus, band kesukaan saya yang bahkan saya tulis di buku (iya, ATL) kena tuduh dan nggak diselesaikan dengan baik, band kesayangan saya yang sering keluar-tambah anggota (As It Is), sampai WithCon sendiri yang jadi korban dan harus kick out salah satu member-nya. I know heartbreak, okay. But not this. I don't know what this is.

Mungkin reaksi saya begini karena saya ikutin WithCon dari mereka rilis EP, dapat kontrak sama Hopeless Record, album satu, album dua, album tiga. Dan di album kedua-ketiga mereka nggak seaktif awal-awal di sosmed--mungkin karena lebih sering interaksi pas tur. The thing is, I feel like I grew up with them walau kami most likely seumuran. Jadi kayak, kehilangan teman atau kakak cowok. Padahal mereka nggak ke mana-mana, apalagi Jayden juga lumayan aktif produserin dan nulis lagu-lagu artis lain. Tapi... ya, kalau mereka udah nggak jadi WithCon lagi, kemungkinan saya bakal lihat mereka manggung juga jadi hampir mustahil, sementara live show mereka selalu pecah.

Jadi ya, gitu, deh. Saya sedih. Saya memang baru bisa dukung mereka lewat streaming dan share, tapi punya cita-cita juga suatu hari mau nonton langsung. Setelah pengumuman konser terakhir mereka, saya streaming lagu-lagunya mulai dari EP Youth, Distance (favorit), album Better Weather, Love and Loathing, dan Self-titled. Kenapa mereka harus bubar habis ngeluarin album self-titled???

Di sisi lain, saya juga ngerti. Ngerti banget. WithCon bukan band pertama yang memutuskan begini, malah bestie mereka, ROAM, juga mengambil keputusan yang sama dengan waktu berbarengan. Kehidupan tur juga bukan yang akan selamanya bisa dijalani oleh beberapa orang. Sempat waktu dengerin lagu-lagu lamanya lagi, saya bertanya-tanya apa ini karena skena di sana udah kebanyakan nggak sehatnya? Atau bekerja sebagai band sudah tidak spark joy buat mereka lagi seperti alasan bubarnya Lower than Atlantis? Dan kalau lagu Gravity yang liriknya I couldn't stray from embracing melody/and only in the dark times I crave normality benar, apa mereka sedang dalam dark times :'( Yah, apa pun itu, saya yakin itu semua sudah dipertimbangkan matang-matang oleh semua member. I only can wish for the best for them. Semoga mereka berempat bisa mewujudkan mimpinya masing-masing.

Formasi terakhir. So long, lads!

Haaaaaaaaaaaaaa sedih ayo lanjut

3. Bola

Saya belum pernah cerita di sini ya, kalau saya dukung Liverpool FC? Sebetulnya saya udah jadi kopite dari tahun 2005, tapi sejak kuliah tingkat akhir sampai pascalulus intensitas nonton saya jadi jauh amat berkurang because, you know, life. Dan sekarang, ketika sudah menikah dengan orang yang juga suka bola, saya mulai mau ngikutin lagi.

Perkembangan bola sekarang tuh ternyata segila ini, ya. Dan itu di luar VAR. Dulu rasanya susaaah banget mau kepo hal-hal yang jarang dikover media kayak akademi, WAGs (haha), jenjang karier, dan lain-lainnya sampai saya beberapa kali merelakan 2000 rupiah buat SMS ke tabloid bola, nanyain itu di kolom pembaca. Dan tiap minggu saya beli tabloid itu buat lihat apa pertanyaan saya dimuat dan dijawab. Belum lagi majalah edisi terbatas dan tabloid eksklusif yang memuat poster satu-satunya, nggak diproduksi di tempat lain. Saya punya cerita sendiri soal poster Steven Gerrard edisi Liga Champion yang saya buru dari SMP, dari satu kios koran ke kios koran lain, dan baru dapat di SMA waktu saya cerita itu ke teman saya dan dia bilang dia punya, kemudian memberikannya ke saya. Intinya perjuangan banget haha. Mana waktu itu belum punya penghasilan, jadi pintar-pintar nabung demi beli majalah cewek (biasanya CosmoGirls), buku novel, dan tabloid bola (favorit saya Soccer karena gaya bahasa artikelnya berkelas, fotonya bagus-bagus, dan suka dikasih bonus). Alhasil nggak bisa setiap bulan atau minggu saya beli.

Sekarang tinggal klik subscribe di YouTube hahahaha.

Oh, sebetulnya dulu juga suka ada info bola gitu di internet, tapi kan ponsel zaman itu nggak didesain buat full internet access dan baru bisa buka kalau sempat ke warnet. Saya ikutan forum Liverpool di situs resminya, selain di forum LiveConnector (siapa yang ingat sosmed lokal ini??? wkwk). Tapi ya, nggak membahas apa yang pengin saya cari tahu. Lebih ke komentar post match atau prediksi pertandingan selanjutnya kayak kalau ketemu teman-teman di sekolah aja. Guide book bagus buat permulaan, tapi infonya nggak bisa di-update. Masa Daniel Agger rookie terus.

Ki-ka: Hyung line, my ult bias, wibu maknae

Sekarang senaaang banget rasanya bisa lihat anak-anak Liverpool latihan. Gedungnya juga udah pindah, Anfield makin bagus (tapi kebanyakan quotes di dinding kata saya hehe tetap kece kok), daaan ada konten idol juga! Maksudnya kayak kuis, a day in my life, cerita charity dan sebagainya gitu, yang bikin kita makin kenal sama pemain-pemainnya. Dulu saya tahu kehidupan pribadi pemain dari kolom gosip, sekarang bisa langsung diverifikasi sama pemainnya langsung. Ada yang wibu, ada yang suka pakai skinny jeans, ada yang ditodong kapan nikah... makanya saya sebut konten idol karena mirip sama reality/variety show dari idol Korea yang bikin fans makin kenal kehidupan member boyband-nya. Makasih para sponsor Liverpool yang udah modalin konten idol mereka! Haha.

However... saya udah nggak bisa heboh menunjukkan kecintaan saya (jiah) kayak dulu. Sebisa mungkin, saya menghindari bersinggungan stan twt bola yang ugh, begitulah. Dari dulu sebetulnya ada aja yang begini sih, tapi lebih terekspos sekarang karena fitur media sosialnya udah makin canggih. Makanya sekarang mau lebih hati-hati nge-hype tim kesukaan, takut ada apa-apa haha. Meski kalau dilihat-lihat ya harmless aja. Tiba-tiba kangen nobar gini... kapan lagi ya, hahaha. Kayaknya saya lebih berani nobar bola di satu tempat gitu rame-rame daripada nonton konser pop punk yang rusuh wkwk.

Sebenarnya saya mau tambahin tentang nulis, tapi capek haha. Kalau saya lagi pengin bahas itu di kemudian hari, insya Allah saya posting juga.

Terima kasih sudah mampir! Semoga nggak begitu sia-sia ya, karena jujur ini saya tulis betulan buat arsip saya aja. Jadi ketika mungkin selera saya berubah atau gimana, saya bisa baca lagi dan mikir, 'oh dulu saya sukanya ini ini ini ternyata' atau 'oh, dulu saya bisa gambar/desain kayak gini'. Seperti kegunaan blog di awal kemunculannya hehe.

See you when I see you :) selamat meraih mimpimu, semoga selalu sehat dan bahagia!

No comments:

Post a Comment