Friday, March 13, 2015

Cafe + Photoshoot

Sewaktu saya mengikuti kuliah lapangan ke Pantai Sindang Kerta kira-kira dua tahun lalu, saya bertanya pada salah satu anak Biologi--kami dari IPSE melakukan penelitian gabungan dengan mereka--yang sejak berangkat sampai pulang tidak pernah lepas dari kameranya. "Ka, kenapa lo nggak seriusin aja hobi fotografi lo?"

Dan dia, masih dengan mata yang berkedip sebelah dan tangan yang mengatur lensa, menjawab santai. "Kalau gue fokus di sana, gue jadi nggak punya pelarian lagi, dong."

Saya tidak merenung setelahnya. Saya malah spontan berseru, "Iya, lo benar juga!" dan selain karena dia yang meminta tolong untuk memoduskan teman sekelas saya dengannya, juga kesamaan kami dalam membela tim sepak bola, kami lalu berteman baik.

Karena jawaban itu. Karena dia menyadarkan saya soal menekuni passion lewat bingkai yang lain.

Kamis kemarin, kami bertemu. Dia dan seseorangnya datang ke kedai kopi yang kami bicarakan, lalu memesan menu dan mengobrol bermacam hal. Rencananya dia mau melakukan photoshoot lagi setelah sekian lama. Saya pernah beberapa kali jadi talent untuk project pribadinya, kebanyakan fashion hijab--atas nama memberantas kegembelan saya--tapi belum pernah sekali pun dia memilih tempat selain studio sewaan. Alasannya karena 28 Detik sudah rilis. Jadi, kafe.

Tapi tidak apa, dapat foto berkualitas prima bukan kesempatan yang sering datang pada saya. Hehe.

Terima kasih, Ahmad Shifauka dan Frilia Rizky Amalia atas waktunya kemarin sore. Meskipun hujannya seawet mumi--dan terbukti bertahan sampai malam tiba--akhirnya kita bisa juga berkumpul lagi. Dan Ka, lo makin jago aja kayaknya. Dulu, ribuan shoot dapatnya cuma 2-3 foto. Sekarang lebih efektif. Sukses selalu buat pasangan fotografer ini, tetap setia pada passion dan jangan beristirahat panjang-panjang. Masih banyak yang mencoba menggapai mimpi yang sama.

Omong-omong, ini hasil jepretannya.

Percobaan pertama sebelum dipasang prop seadanya (green tea latte, tablet, notes). Dan tak ada yang mengalahkan perasaan mengetahui seorang teman membaca karya sendiri. He owns 28 Detik!

Dua yang paling baik menurut Uka dan Frili. Yang saya (pura-pura) tulis di situ adalah cerita Princess and the Pea yang saya hafalkan dari SMA.

Bersama Frili. Percaya atau tidak, dia berkali-kali mendapatkan award 'Kakak Terlugu' tapi sampai sekarang masih tidak mau mengakuinya (dengan gaya yang lugu, tentunya)

My personal favorite.

Suasana hujan, harum khas kedai, dan nostalgia rasanya jadi bahan pembangun photoshoot kali ini. Oh ya, saya juga mau berterima kasih kepada adik perempuan saya yang sudah mau meminjamkan sweater lavendel dengan DIY heart-shaped elbow patch-nya.

Kabarnya, sekarang Uka sudah mulai memasuki ranah profesional dengan memasang tarif semenjak satu-dua pesanan yang sukses. Saya juga masih ingat dia pernah memenangkan beberapa kompetisi terutama di bidang pemotretan ilmiah. Terbukti, kini fotografi tidak hanya sekadar pelarian baginya, tapi justru malah sejalan dengan bidang studi yang diambilnya. Tersesat atau tidak, rasanya apa pun memang bisa terjadi asal kita tetap pada jalan yang kita pilih sendiri.

2 comments: